Perilaku Media Sosial Gen Z yang Harus Dipahami Brand
Mengapa Gen Z Layak Diperhatikan oleh Brand?
Gen Z, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, adalah kelompok konsumen yang sangat unik.
Mereka tumbuh bersama teknologi, terbiasa multitasking antara beberapa layar, dan membentuk identitas digitalnya sejak usia muda.
Bagi para pemasar, memahami perilaku Gen Z bukan sekadar peluang, tetapi kebutuhan. Mereka memiliki daya beli besar dan pengaruh sosial yang kuat, tidak hanya terhadap teman sebayanya, tetapi juga dalam keputusan keluarga.
Dalam konteks digital marketing, Gen Z menuntut pendekatan yang berbeda. Mereka tidak tertarik pada model promosi tradisional.
Sebaliknya, mereka merespons baik terhadap narasi otentik, nilai sosial, dan keterlibatan langsung dengan brand.
Oleh karena itu, pendekatan digital marketing ala Gen Z harus mencerminkan kecepatan, kejujuran, dan kreativitas yang tinggi.
Ciri Khas Gen Z dalam Menggunakan Media Sosial
Platform Favorit Mereka
Gen Z cenderung menghindari platform yang dianggap “usang” seperti Facebook. Mereka lebih memilih TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts sebagai media berekspresi, hiburan, sekaligus pencarian informasi.
TikTok menjadi favorit karena menghadirkan konten yang cepat, real-time, dan personal. Instagram masih digunakan, terutama melalui fitur Reels dan Stories, sementara YouTube lebih difungsikan untuk konten edukatif dan review produk.
Pola Konsumsi Konten yang Berbeda
Durasi menjadi elemen krusial. Gen Z memiliki attention span yang singkat, sehingga konten berdurasi 15–60 detik lebih digemari.
Mereka tidak menyukai konten yang terlalu panjang atau terlihat terlalu dibuat-buat.
Narasi yang jujur dan relevan akan lebih menarik perhatian dibanding konten yang terlalu polished atau terlalu berfokus pada penjualan.
Mencari Nilai Sosial dan Autentisitas
Generasi ini sangat peduli pada isu-isu sosial seperti lingkungan, keberagaman, dan inklusi.
Brand yang terlibat aktif dalam kampanye sosial dengan tindakan nyata akan mendapatkan tempat di hati Gen Z.
Mereka cepat menangkap ketidaktulusan brand dan tidak segan-segan membicarakannya di media sosial.
Ilustrasi anak muda Gen Z menggunakan media sosial di smartphone
Strategi Digital Marketing ala Gen Z yang Efektif
1. Bangun Cerita yang Relatable
Alih-alih menampilkan fitur produk secara langsung, cobalah membangun narasi yang menyentuh sisi emosional.
Misalnya, kisah pelanggan, proses produksi yang etis, atau misi sosial yang dijalankan brand.
Cerita yang relatable akan menciptakan koneksi lebih kuat dibanding promosi langsung.
2. Gunakan Format Micro Content
Video pendek, carousel informatif, dan konten swipeable menjadi media utama dalam menjangkau Gen Z.
Mereka ingin mendapatkan nilai (hiburan, informasi, atau inspirasi) dalam waktu singkat. Konten seperti “how to”, “before–after”, atau “behind the scene” sangat efektif dalam membangun minat awal.
3. Berinteraksi secara Nyata
Gen Z menghargai keterlibatan dua arah. Brand perlu hadir di kolom komentar, merespons DM, dan aktif dalam percakapan yang sedang terjadi.
Memberikan respons langsung terhadap audiens menunjukkan bahwa brand benar-benar peduli, bukan hanya ingin menjual.
4. Manfaatkan Konten Buatan Pengguna
User-Generated Content (UGC) seperti review, testimonial, atau unboxing video memberikan kesan keaslian.
Gen Z cenderung mempercayai rekomendasi dari sesama pengguna ketimbang pesan dari brand.
Mengajak mereka menciptakan konten seputar pengalaman mereka menggunakan produk adalah strategi yang sangat efektif.
5. Libatkan Mereka dalam Proses Kreatif
Co-creation adalah strategi yang sedang naik daun. Gen Z senang dilibatkan sebagai bagian dari brand, bukan hanya sebagai target pasar.
Ajak mereka membuat desain produk, menentukan tema kampanye, atau menjadi ambassador komunitas brand Anda.
Kesalahan yang Harus Dihindari Brand Saat Menyasar Gen Z
Menggunakan Bahasa yang Terlalu Formal
Komunikasi yang terlalu korporat atau kaku tidak akan diterima dengan baik oleh Gen Z. Gaya bahasa yang lebih personal dan santai, namun tetap menghormati audiens, akan lebih efektif dalam menjalin koneksi.
Menjalankan Kampanye yang Tidak Konsisten dengan Nilai
Gen Z cepat mendeteksi ketidaksesuaian antara pesan brand dan tindakan nyata.
Misalnya, brand yang mengklaim ramah lingkungan tapi tidak transparan dalam proses produksinya akan kehilangan kepercayaan.
Tidak Responsif terhadap Komentar dan Kritik
Gen Z menyuarakan pendapatnya secara terbuka. Jika brand mengabaikan masukan atau kritik yang mereka sampaikan di media sosial, hal ini dapat menimbulkan reaksi negatif dan memicu penurunan loyalitas.
Baca Juga: Strategi Konten Personal Branding di Instagram untuk Gen Z
Membangun Loyalitas Jangka Panjang dengan Gen Z
Fokus pada Komunitas
Alih-alih membangun relasi satu arah, ciptakan komunitas di mana Gen Z bisa berbagi cerita, ide, dan kreativitas.
Komunitas yang aktif akan membantu meningkatkan retensi sekaligus menjadi aset branding organik.
Tunjukkan Tindakan Nyata
Kampanye sosial yang benar-benar dijalankan—bukan hanya dijadikan gimmick pemasaran—akan diapresiasi tinggi oleh Gen Z.
Mereka menghargai brand yang tidak hanya “berbicara”, tapi juga “berbuat”.
Transparansi adalah Kunci
Buka ruang diskusi. Ceritakan bagaimana produk dibuat, dari mana bahan diambil, dan siapa yang terlibat dalam prosesnya.
Transparansi menciptakan rasa percaya, dan kepercayaan adalah fondasi utama loyalitas Gen Z.
FAQ
1. Apa jenis konten yang paling disukai Gen Z di media sosial?
Gen Z menyukai konten pendek, cepat, dan otentik—terutama video berdurasi 15–60 detik yang bersifat informatif atau menghibur.
2. Bagaimana brand bisa tetap relevan tanpa terkesan memaksa mengikuti tren?
Fokuslah pada nilai dan identitas brand. Ikuti tren yang selaras dengan kepribadian brand Anda, tanpa memaksakan diri menjadi sesuatu yang bukan.
3. Apakah Gen Z benar-benar peduli dengan nilai sosial dari brand?
Sangat peduli. Gen Z memilih brand yang mencerminkan nilai-nilai yang mereka percaya. Brand yang abai pada isu sosial seringkali kehilangan daya tarik di mata mereka.
Gen Z adalah generasi yang menuntut pendekatan baru dalam dunia pemasaran digital. Mereka bukan sekadar konsumen pasif, tapi mitra aktif dalam membentuk identitas brand.
Strategi digital marketing ala Gen Z harus berfokus pada keautentikan, transparansi, nilai sosial, dan keterlibatan nyata.
Brand yang mampu beradaptasi dengan cara berpikir dan bertindak Gen Z akan memenangkan loyalitas yang langgeng dan bernilai tinggi.