Tuesday, June 3, 2025

Cara Memanfaatkan TikTok sebagai Alat Digital Marketing Ala Gen Z

Cara Memanfaatkan TikTok sebagai Alat Digital Marketing Ala Gen Z


TikTok dan Dominasi Gen Z di Dunia Digital

Generasi Z, atau yang biasa disebut Gen Z, merupakan kelompok usia yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi. 

Mereka terbiasa dengan konektivitas, media sosial, serta akses instan ke berbagai informasi. Tidak heran jika kebiasaan konsumsi konten mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Salah satu platform yang sangat populer di kalangan Gen Z adalah TikTok. Dengan format video pendek, algoritma yang mendukung konten viral, dan suasana komunitas yang inklusif, TikTok menjadi alat yang sangat potensial bagi brand untuk melakukan digital marketing secara lebih personal dan relevan bagi Gen Z.

Menurut data Kalodata (Juli 2024), mayoritas pengguna TikTok di Indonesia berasal dari rentang usia 13–24 tahun. Ini berarti lebih dari separuh pengguna aktif TikTok termasuk dalam kategori Gen Z. 

Dengan dominasi tersebut, brand yang ingin menargetkan pasar anak muda perlu memahami cara kerja platform ini dan bagaimana mereka bisa membangun komunikasi yang menarik dan otentik melalui konten yang disukai oleh Gen Z.


Ciri Khas Digital Marketing yang Disukai Gen Z

Gen Z dikenal sebagai generasi yang kritis terhadap iklan. Mereka lebih menyukai pendekatan yang jujur, autentik, dan menghibur. 

Salah satu kesalahan paling umum dalam pemasaran ke Gen Z adalah menggunakan gaya hard-selling yang terlalu memaksa. 

Sebaliknya, Gen Z lebih menghargai storytelling yang ringan dan konten yang terasa seperti buatan pengguna biasa, bukan produksi besar yang kaku.

Brand juga perlu memahami bahwa Gen Z cenderung mendukung perusahaan atau produk yang memiliki misi sosial. 

Isu seperti keberlanjutan, kesetaraan, hingga dukungan terhadap komunitas sering menjadi pertimbangan mereka dalam memilih produk. 

Oleh karena itu, jika sebuah brand memiliki nilai yang kuat, menyampaikan pesan tersebut secara natural lewat konten bisa meningkatkan loyalitas audiens.

Hal lain yang tak kalah penting adalah pendekatan “edutainment”, gabungan antara edukasi dan hiburan. 

Gen Z menyukai konten yang memberikan informasi berguna namun disampaikan secara ringan, lucu, atau relatable. 

Misalnya, tips belajar, tutorial praktis, atau insight kehidupan sehari-hari dalam format video pendek.


Sevenstar Indonesia


Strategi Efektif Memanfaatkan TikTok untuk Digital Marketing

Untuk memanfaatkan TikTok secara maksimal, brand harus fokus menciptakan konten yang sesuai dengan karakteristik platform dan selera Gen Z. Pertama, buatlah video pendek dengan durasi optimal antara 15–30 detik. 

Pastikan tiga detik pertama sangat menarik, baik melalui visual, ekspresi, ataupun pertanyaan yang mengundang rasa penasaran. Konten harus langsung ke intinya, karena pengguna TikTok terbiasa menggulir video dengan cepat.

Kedua, manfaatkan audio atau lagu yang sedang tren. TikTok sangat berbasis musik, dan menggunakan audio yang sedang populer dapat meningkatkan kemungkinan konten masuk ke halaman rekomendasi (For You Page). 

Selain itu, brand dapat menggunakan fitur interaktif seperti kolom komentar, fitur duet atau stitch untuk mendorong partisipasi pengguna.

Strategi lain yang efektif adalah membuat tantangan atau challenge dengan hashtag khusus. 

Jika dikemas dengan baik, tantangan ini bisa mendorong audiens membuat konten versi mereka sendiri, menciptakan user-generated content yang memperluas jangkauan brand secara organik. 

Pastikan tantangan tersebut mudah dilakukan dan relevan dengan karakter atau produk yang ingin dipromosikan.


Cara Memanfaatkan TikTok sebagai Alat Digital Marketing Ala Gen Z


Contoh Brand yang Sukses dengan TikTok

Beberapa brand lokal telah menunjukkan keberhasilan dalam memanfaatkan TikTok sebagai media komunikasi dengan Gen Z. Gojek, misalnya, sukses menjalankan kampanye bertajuk #UdahGojekAja yang dikemas secara ringan dan mengangkat masalah sehari-hari. 

Mereka melibatkan influencer muda dan menggunakan pendekatan yang sangat relevan dengan kehidupan target audiens.

Somethinc, brand skincare lokal, juga mampu memanfaatkan TikTok dengan baik. 

Mereka tidak hanya menampilkan produk, tetapi juga membagikan edukasi soal perawatan kulit, mengajak beauty creator untuk membuat konten review, serta aktif berinteraksi dengan pengguna. 

Hasilnya, brand ini dikenal luas oleh kalangan Gen Z sebagai brand yang informatif dan dekat dengan konsumennya.

Contoh menarik lainnya adalah Duolingo, aplikasi belajar bahasa yang menggunakan pendekatan humor dan maskot lucu untuk menarik perhatian pengguna. 

Meskipun produk mereka tergolong serius, pendekatan kontennya sangat ringan dan menghibur, membuat mereka sukses membangun citra sebagai brand yang tidak kaku dan menyenangkan.

Baca Juga: AI Tools yang Wajib Dicoba oleh Gen Z

Kesalahan yang Harus Dihindari

Salah satu kesalahan paling umum dalam menggunakan TikTok adalah memperlakukan platform ini seperti media sosial biasa yang hanya digunakan untuk posting promosi. 

Pendekatan yang terlalu formal dan kaku biasanya tidak akan mendapat respons positif dari pengguna TikTok. 

Selain itu, brand yang terlalu fokus pada menjual tanpa memberikan nilai atau hiburan dalam kontennya juga akan cepat diabaikan oleh Gen Z.

Kesalahan lainnya adalah tidak konsisten dalam mengunggah konten atau hanya mengikuti tren tanpa strategi yang jelas. Meskipun 

TikTok bersifat dinamis, brand tetap perlu memiliki kalender konten dan tone komunikasi yang konsisten. Tujuannya adalah agar audiens bisa mengenali karakter brand dan merasa terhubung secara emosional.


Tips Praktis untuk Brand yang Baru Memulai

Bagi brand yang baru memulai di TikTok, penting untuk melakukan riset terlebih dahulu. Amati akun brand sejenis, lihat konten apa yang sering masuk FYP, dan pelajari tren-tren terbaru. 

Gunakan TikTok Creative Center untuk mendapatkan insight soal jenis konten, hashtag, dan audio yang sedang populer.

Setelah itu, mulai dengan konten yang sederhana namun konsisten. Fokus pada membangun hubungan dengan audiens terlebih dahulu, baru kemudian memperkenalkan produk secara perlahan. 

Ciptakan persona brand yang sesuai dengan target Gen Z: ringan, terbuka, dan mudah beradaptasi.

Yang terpenting, libatkan audiens. Jangan hanya berbicara satu arah. Gunakan fitur interaktif, ajukan pertanyaan, atau respons komentar pengguna. 

Dengan menciptakan komunikasi dua arah, brand bisa lebih mudah membangun komunitas loyal di TikTok.


FAQ

Apa jenis konten yang paling disukai Gen Z di TikTok?
Konten yang disukai Gen Z biasanya bersifat autentik, menghibur, dan kadang menyentuh isu sosial. Mereka menyukai cerita yang relatable, humor ringan, tutorial singkat, atau konten edukatif yang tidak membosankan.

Apakah brand kecil bisa bersaing di TikTok?
Sangat bisa. TikTok tidak bergantung pada jumlah followers, melainkan pada seberapa menarik dan relevan kontennya. Ini memberi kesempatan bagi brand kecil untuk mendapatkan perhatian jika konten mereka berkualitas.

Seberapa sering brand perlu posting di TikTok?
Idealnya, satu hingga tiga kali seminggu. Yang terpenting bukan hanya frekuensi, tapi juga konsistensi dan kualitas kontennya.

Apakah harus menggunakan influencer untuk menarik Gen Z?
Tidak selalu, tapi kolaborasi dengan kreator yang sesuai dengan nilai brand bisa membantu mempercepat pertumbuhan audiens. Pastikan pemilihan influencer terasa alami dan tidak terkesan dipaksakan.

TikTok adalah peluang besar bagi brand untuk menjangkau Gen Z secara lebih dekat dan personal. 

Kuncinya bukan pada anggaran besar atau kampanye masif, tetapi pada kemampuan untuk menyampaikan cerita secara autentik, menghibur, dan relevan. 

Dalam strategi digital marketing modern, memahami cara berbicara dengan Gen Z melalui platform seperti TikTok bukan lagi pilihan, tapi sebuah keharusan. 

Brand yang mampu beradaptasi dan terus belajar dari audiensnya akan lebih unggul dalam membangun koneksi jangka panjang di era digital ini.


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *