Kenapa anak sekarang lebih akrab dengan layar dibanding buku?

Anak Lebih Akrab Dengan Layar Dibanding Buku

Kalau kita perhatikan, anak-anak zaman sekarang terlihat lebih sering menatap layar gadget ketimbang membuka halaman buku. Di rumah, sekolah, bahkan saat berkumpul bersama keluarga, layar seolah jadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mereka. Pertanyaannya, kenapa anak sekarang lebih akrab dengan layar dibanding buku? Apakah ini murni karena teknologi, atau ada faktor lain yang membuat buku semakin tersisih dari dunia mereka?

Ayo kita bahas secara lengkap tentang fenomena tersebut. Bukan untuk menyalahkan anak, melainkan mencari akar penyebab, memahami dampaknya, serta memberikan solusi agar anak tetap bisa tumbuh dengan seimbang antara dunia digital dan literasi buku.

 

Perubahan Gaya Hidup Digital Sejak Usia Dini

Generasi sekarang dikenal sebagai “digital native”, yaitu anak-anak yang lahir ketika teknologi sudah maju. Berbeda dengan orang tua mereka yang masih sempat merasakan masa kecil tanpa gadget, anak-anak hari ini mengenal layar sejak mereka bisa menggenggam.

1. Bayi usia 1 tahun sudah terbiasa menonton video edukasi di YouTube Kids.

2. Balita lebih akrab dengan tablet ketimbang buku dongeng sebelum tidur.

3. Anak SD bisa mengakses permainan online atau aplikasi belajar interaktif.

Kondisi ini membuat layar menjadi “teman pertama” mereka dalam belajar dan bermain. Buku, yang sifatnya statis, jadi kalah menarik dibandingkan konten visual yang lebih dinamis.

 

Layar Menawarkan Hiburan Instan

Salah satu alasan utama kenapa anak lebih akrab dengan layar adalah kemudahan mendapatkan hiburan instan. Cukup sekali klik, mereka bisa masuk ke dunia animasi, musik, dan game interaktif yang menyenangkan.

Bandingkan dengan buku : anak harus membuka halaman, membaca tulisan, dan membayangkan cerita di kepalanya. Proses ini tentu membutuhkan lebih banyak usaha dan konsentrasi. Bagi anak-anak yang terbiasa dengan ritme cepat, buku terasa “lambat” dan kurang memicu adrenalin.

 

Faktor Lingkungan dan Orang Tua

Tidak bisa dipungkiri, pola asuh orang tua juga ikut berperan. Banyak orang tua yang :

1. Memberikan gadget agar anak tenang di rumah atau saat bepergian.

2. Menggunakan layar sebagai “pengasuh digital” karena kesibukan kerja.

3. Jarang memberikan contoh membaca buku di depan anak.

Padahal, anak meniru kebiasaan orang tuanya. Kalau orang tua lebih sering memegang ponsel ketimbang buku, wajar jika anak juga mengikuti.

Baca Juga: Belajar Cerdas untuk Generasi Z - Strategi dan Metode Terbaik

Sistem Pendidikan yang Serba Digital

Sekolah pun kini mulai mengintegrasikan pembelajaran berbasis teknologi. Anak-anak jarang diminta untuk membaca buku fisik, dan mereka mengerjakan tugas melalui platform online dan mencari referensi di internet.

Apalagi setelah pandemi, kebiasaan belajar online semakin mengakar. Anak jadi terbiasa mengandalkan layar untuk belajar, sementara buku cetak makin jarang disentuh.

Kelebihan Layar yang Sulit Ditandingi Buku

Kelebihan Layar yang Sulit Ditandingi Buku

Mengapa layar lebih “menang” di mata anak? Berikut beberapa alasannya :

1. Visual & Audio Menarik : Membuat belajar terasa seperti bermain.

2. Mudah Diakses : Ribuan konten ada di genggaman tangan.

3. Fleksibel : Bisa dipakai kapan saja dan di mana saja.

4. Personalized Content : Aplikasi bisa menyesuaikan dengan minat anak.

Buku memang punya keunggulan pada imajinasi dan fokus, tapi butuh dorongan ekstra agar anak bisa menikmatinya.

Baca Juga: Upaya Meningkatkan Literasi Siswa dan Literasi Digital

Dampak Positif Anak Akrab dengan Layar

Meski sering dianggap negatif, sebenarnya ada juga sisi positifnya :

1. Anak lebih cepat melek teknologi.

2. Bisa belajar interaktif dengan video atau animasi.

3. Akses informasi lebih luas dan cepat.

4. Mempermudah anak mengikuti perkembangan zaman.

Jika diarahkan dengan benar, layar bisa jadi media pembelajaran efektif.

 

Dampak Negatif Anak Lebih Dekat dengan Layar

Namun, tetap ada risiko besar jika anak terlalu akrab dengan layar :

1. Kesehatan Mata : Risiko rabun jauh sejak dini meningkat.

2. Kurangnya Konsentrasi : Anak terbiasa dengan konten singkat.

3. Ketergantungan Gadget : Anak sulit lepas dari layar.

4. Menurunnya Minat Membaca Buku : Literasi bisa terancam.

 

Kenapa Buku Masih Penting untuk Anak?

Buku punya manfaat yang tidak bisa digantikan layar, di antaranya :

1. Melatih imajinasi dan daya berpikir abstrak.

2. Membiasakan fokus dalam jangka panjang.

3. Memberi pengalaman sensorik berbeda (sentuhan kertas, bau buku).

4. Membentuk kebiasaan literasi yang lebih mendalam.

Baca Juga: Keterampilan Penting di Era Teknologi untuk Generasi Masa Depan

Cara Menyeimbangkan Layar dan Buku pada Anak

Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan orang tua :

1. Buat jadwal khusus membaca buku minimal 20 menit sehari.

2. Gunakan e-book anak sebagai jembatan dari layar ke buku.

3. Bacakan dongeng dengan ekspresi menarik agar anak betah.

4. Ajak anak memilih buku sesuai minatnya.

5. Jadilah role model : biasakan membaca di depan anak.

Sevenstar Indonesia

Alasan kenapa anak sekarang lebih akrab dengan layar dibanding buku tidak lepas dari faktor teknologi, gaya hidup, hingga kebiasaan orang tua. Namun, bukan berarti buku akan kalah total. Dengan pendampingan yang tepat, orang tua bisa mengajarkan anak cara menyeimbangkan keduanya.

Layar bisa jadi sarana belajar modern, sedangkan buku tetap jadi fondasi literasi. Keduanya harus berjalan beriringan agar anak tumbuh sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan tetap cinta membaca.

Penulis : Safira Novanda Hafizham (uva)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *