Bahasa dan Tren Komunikasi Gen Z dalam Digital Marketing Ala Gen Z

Bahasa dan Tren Komunikasi Gen Z dalam Digital Marketing Ala Gen Z


Mengapa Komunikasi Gaya Gen Z Jadi Kunci dalam Digital Marketing?

Dalam lanskap digital marketing ala Gen Z, komunikasi bukan hanya alat untuk menyampaikan informasi—tapi merupakan cara utama membangun hubungan emosional dengan audiens muda yang sangat selektif.


Generasi Z dikenal sebagai digital native sejati; mereka tumbuh bersama internet, smartphone, dan media sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Akibatnya, gaya komunikasi anak muda masa kini jauh berbeda dari generasi sebelumnya: cepat, autentik, dan penuh konteks budaya populer.


Bagi brand yang ingin relevan di mata mereka, memahami dan mengadopsi tren komunikasi Gen Z bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Ini bukan soal meniru bahasa gaul mereka secara asal, tetapi tentang membangun dialog yang terasa nyata dan dekat.

Magang Mahasiswa di Malang

Karakteristik Gaya Komunikasi Gen Z

Bahasa Sehari-Hari yang Fleksibel dan Relatable

Gen Z cenderung mencampur bahasa dalam komunikasi mereka. Istilah seperti “vibe check”, “lowkey”, atau “iykyk” sering digunakan, bahkan dalam konteks serius. Mereka juga gemar menggunakan code-switching—menggabungkan Bahasa Indonesia dan Inggris dalam satu kalimat seperti, “Gue literally gak expect ending-nya kayak gitu.”


Nada bicara mereka juga cenderung:

• Ringan dan kasual, seolah sedang ngobrol.

• Hindari bahasa formal atau copywriting iklan yang terdengar ‘dipoles’.

• Memprioritaskan koneksi emosional dan autentisitas.


Format Visual dan Media yang Disukai

Visual memegang peranan penting dalam komunikasi Gen Z. Konten yang sukses biasanya:

• Berdurasi pendek (Reels, TikTok, YouTube Shorts).

• Terlihat spontan, tidak terlalu diedit.

• Memakai format yang sedang viral seperti meme, GIF, atau trend TikTok terkini.


"Menurut laporan McKinsey (2023), 68% Gen Z lebih memilih brand yang terasa "real" dibanding yang terlalu dibuat-buat."



Sekelompok Gen Z menggunakan smartphone untuk membuat konten kreatif di media sosial, mencerminkan tren digital marketing 2025.



Tren Digital Marketing Ala Gen Z

Platform Favorit Anak Muda

Untuk menargetkan Gen Z secara efektif, kehadiran di platform yang mereka gunakan adalah langkah pertama:

• TikTok: Tempat utama untuk eksplorasi tren cepat dan storytelling ringan.

• Instagram: Cocok untuk interaksi dua arah lewat polling, Q&A, atau Stories.

• Discord: Untuk komunitas niche yang mencari kedekatan dan diskusi mendalam.

• YouTube Shorts: Format ringkas untuk konten informatif atau hiburan.


Format Komunikasi yang Resonansi

Berikut adalah beberapa tren komunikasi yang menonjol:

• Stitch dan duet TikTok: Memungkinkan partisipasi dua arah.

• Konten “a day in my life”: Membawa audiens ke dalam kehidupan nyata seseorang.

• Real talk video: Jujur, terbuka, dan penuh insight tanpa filter.

• Behind-the-scenes (BTS): Memberi akses eksklusif pada proses brand yang seringkali tidak terlihat.


Strategi ini selaras dengan 5 Strategi Ampuh Bangun Audience TikTok untuk Gen Z 2025, di mana storytelling ringan dan kolaboratif terbukti meningkatkan engagement hingga 40%


Baca juga: Strategi Digital Branding Ala Gen Z: Rahasia Menarik Generasi Terkoneksi


Strategi Komunikasi Efektif untuk Menarik Gen Z

1. Pahami Audiens lewat Data dan Insight

Gunakan data untuk mengenal lebih dalam siapa audiensmu:

• TikTok Creative Center: Menelusuri tren terkini yang sedang populer.

• Google Trends: Melacak minat pencarian untuk keyword tertentu.

• Instagram Insight: Menganalisis performa konten dan demografi audiens.


Dengan informasi tersebut, kamu bisa membuat persona yang benar-benar mencerminkan Gen Z, termasuk:

• Gaya bicara mereka

• Format konten yang disukai

• Nilai-nilai yang mereka anggap penting


2. Gunakan Bahasa yang Dekat dan Tidak Kaku

Pertanyaan utama sebelum membuat konten: “Apakah Gen Z akan merasa ini relatable dan worth watching?” Jika jawabannya tidak, revisi kontennya.

• Gunakan kalimat pendek, to the point.

• Hindari gaya hard-selling dan jargon korporat.

• Uji konten secara internal pada kelompok Gen Z sebelum diluncurkan.


3. Ciptakan Konten yang Partisipatif

Alih-alih hanya menyampaikan pesan satu arah, ciptakan konten yang mendorong interaksi:

• Tantangan TikTok dengan hashtag buatan sendiri.

• Voting fitur produk di Instagram Stories.

• Komentar terbuka untuk pendapat audiens soal campaign terbaru.


4. Tunjukkan Nilai dan Aksi Nyata Brand

Gen Z sangat responsif terhadap brand yang memiliki nilai sosial dan lingkungan:

• Angkat topik keberagaman, inklusivitas, dan keberlanjutan.

• Jangan hanya mengatakan—tunjukkan melalui aksi nyata dan kolaborasi.

• Gunakan narasi brand yang menyentuh sisi emosional dan sosial mereka.


Contoh: Brand seperti MS Glow berhasil menarik perhatian Gen Z dengan menggabungkan konten edukatif, humor ringan, dan interaksi live di TikTok. Sementara Eiger sukses menyentuh sisi petualang Gen Z dengan storytelling yang membumi dan otentik di Instagram.



Kesalahan Umum Saat Komunikasi dengan Gen Z

Hindari Ini Jika Tak Mau Diabaikan:

1. Menggunakan bahasa yang sudah “basi” atau terlalu dipaksakan.

Gen Z sangat peka pada “try hard” behavior.


2. Terlalu banyak konten satu arah tanpa interaksi.

Mereka ingin didengar, bukan hanya disuguhi pesan.


3. Fokus hanya pada produk.

Brand-centric marketing tanpa cerita akan terasa hambar.


4. Tidak update tren digital.

Ketidakhadiran di challenge viral atau lambatnya respons bisa membuat brand dianggap “boomer”.


Studi Kasus Mini: Bagaimana Brand Lokal Sukses di Mata Gen Z

Erigo: Menggunakan TikTok untuk campaign kasual dengan sentuhan humor dan fashion.

Fore Coffee: Menyesuaikan tone of voice di Instagram Story untuk polling dan meme yang relevan dengan Gen Z.

Scarlett Whitening: Konsisten memakai influencer Gen Z dengan tone yang tidak terlalu scripted dan sangat personal.

Brand-brand ini mempraktikkan prinsip dasar digital marketing ala Gen Z: autentik, adaptif, dan partisipatif.



FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Komunikasi Gen Z dalam Digital Marketing


Apa perbedaan utama gaya komunikasi Gen Z dengan milenial?

Gen Z lebih menghargai kecepatan, kejujuran, dan konteks visual. Mereka lebih menyukai komunikasi singkat yang terasa personal, bukan narasi panjang yang formal.


Apakah brand harus selalu mengikuti slang terbaru?

Tidak selalu, tapi penting untuk memahami konteks dan tidak terlihat ketinggalan zaman. Yang terpenting adalah keselarasan nada dengan karakter brand.


Bagaimana mengukur efektivitas komunikasi dengan Gen Z?

Gunakan metrik interaksi seperti komentar, share, dan engagement rate di platform seperti TikTok dan Instagram. Juga, pantau respon terhadap campaign dengan fitur polling dan Q&A.


Apakah komunikasi yang raw dan tidak diedit lebih disukai?

Ya, Gen Z menyukai konten yang terasa real dan tidak terlalu dipoles. Editing berlebihan bisa memberi kesan “tidak asli”.


Bagaimana jika brand saya belum dikenal di kalangan Gen Z?

Mulailah dengan membangun kehadiran di platform favorit mereka. Gunakan pendekatan kolaboratif dengan micro-influencer dan pastikan setiap konten menyampaikan nilai serta kepribadian brand secara konsisten.



Memahami gaya komunikasi Gen Z adalah fondasi dalam strategi digital marketing ala Gen Z. Komunikasi yang cepat, ringan, dan relevan secara budaya mampu membuka peluang engagement yang kuat.


Dengan menggabungkan bahasa yang relatable, visual yang tidak berlebihan, serta partisipasi aktif audiens, brand dapat menjadi bagian dari kehidupan digital Gen Z, bukan sekadar pengganggu di feed mereka.


Namun, jangan berhenti di sana. Jadilah brand yang mendengar, merespons, dan tumbuh bersama audiens muda ini—membangun hubungan jangka panjang, bukan sekadar viral sesaat.


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *