Mengenal Kurikulum Merdeka Belajar dan Implementasinya di Sekolah 2025

Dalam beberapa tahun terakhir, arah kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami perubahan besar.
Salah satu yang paling banyak diperbincangkan adalah Kurikulum Merdeka Belajar, sebuah konsep yang dirancang untuk memberikan ruang lebih luas bagi siswa dan guru dalam menentukan proses pembelajaran.
Lalu, apa sebenarnya kurikulum ini, bagaimana perbedaannya dengan kurikulum sebelumnya, serta bagaimana implementasinya di sekolah?
Apa Itu Kurikulum Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka Belajar adalah kebijakan pendidikan yang diluncurkan untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses belajar mengajar.
Esensi dari kurikulum ini adalah memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan potensi sesuai minat dan bakatnya, sekaligus memberi keleluasaan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang relevan.
Jika pada kurikulum sebelumnya, pembelajaran cenderung kaku dan berfokus pada target capaian mata pelajaran, maka Kurikulum Merdeka mencoba menghadirkan pendekatan yang lebih kontekstual dan personal.
Baca Juga: Penyesuaian Kurikulum dan Kebijakan Pendidikan Baru di Indonesia 2025
Perbedaan dengan Kurikulum Sebelumnya
Perubahan yang dibawa oleh Kurikulum Merdeka Belajar cukup signifikan. Beberapa perbedaan utama dapat dilihat pada aspek berikut:
1. Fleksibilitas Mata Pelajaran
Pada kurikulum lama, siswa diwajibkan mengikuti seluruh mata pelajaran dengan porsi waktu yang sama. Dalam Kurikulum Merdeka, ada ruang bagi sekolah untuk mengatur alokasi jam pelajaran, serta bagi siswa di jenjang SMA untuk memilih mata pelajaran sesuai minat dan rencana studinya di masa depan.
2. Proyek Profil Pelajar Pancasila
Salah satu ciri khas kurikulum baru ini adalah adanya Proyek Profil Pelajar Pancasila, di mana siswa diajak untuk mengerjakan proyek kolaboratif lintas mata pelajaran. Fokusnya bukan hanya pada akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, gotong royong, dan keterampilan abad 21.
3. Penilaian Lebih Holistik
Jika sebelumnya penilaian lebih banyak didasarkan pada ujian tertulis, kini penilaian mencakup portofolio, proyek, dan refleksi diri. Guru diberi keleluasaan untuk menilai kemajuan siswa secara menyeluruh, bukan hanya berdasarkan angka.
Tujuan Penyesuaian Kurikulum
Latar belakang utama dari penyesuaian ini tidak lepas dari dinamika global. Dunia pendidikan harus mampu menjawab kebutuhan industri dan tuntutan era digital. Tujuan utama Kurikulum Merdeka Belajar antara lain:
- Menyiapkan siswa menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks.
- Membekali peserta didik dengan keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.
- Mengurangi beban materi yang terlalu padat, sehingga pembelajaran bisa lebih mendalam.
- Mendorong kemandirian siswa dalam belajar, sesuai dengan filosofi student-centered learning.

Dampak bagi Guru dan Siswa
Dampak untuk Siswa
Bagi siswa, kurikulum ini membuka kesempatan untuk lebih mengeksplorasi minat dan bakat. Mereka bisa fokus pada bidang yang relevan dengan cita-cita, tanpa harus terbebani oleh materi yang tidak sesuai dengan jalur yang dipilih.
Selain itu, melalui Proyek Profil Pelajar Pancasila, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik nyata dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan kebutuhan dunia kerja yang menuntut lulusan yang adaptif.
Dampak untuk Guru
Guru mendapat peran penting sebagai fasilitator. Dengan kurikulum ini, guru tidak hanya mengajar berdasarkan buku teks, tetapi juga didorong untuk berinovasi dalam metode pengajaran.
Tugas guru menjadi lebih menantang karena dituntut memahami kebutuhan masing-masing siswa, sekaligus menyiapkan pembelajaran yang relevan.
Baca Juga: Dampak Kebijakan Pendidikan Baru terhadap Guru dan Siswa
Tantangan Implementasi di Lapangan
Meski konsepnya ideal, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar tidak selalu mudah. Beberapa tantangan utama antara lain:
1. Kesiapan Guru
Tidak semua guru langsung siap mengubah cara mengajar yang sudah bertahun-tahun dilakukan. Diperlukan pelatihan intensif agar guru mampu beradaptasi dengan pendekatan baru.
2. Infrastruktur dan Akses
Di daerah perkotaan, sekolah relatif lebih siap karena dukungan sarana digital memadai. Namun di wilayah terpencil, keterbatasan akses internet dan perangkat masih menjadi kendala utama.
3. Kesenjangan Antar Sekolah
Tidak semua sekolah memiliki kemampuan yang sama dalam menerapkan kurikulum ini. Hal ini berpotensi menimbulkan kesenjangan kualitas pembelajaran antara sekolah di kota besar dan daerah.
Baca Juga: Mengurai Kesenjangan Pendidikan di Indonesia dan Jalan Menuju Pemerataan
Prospek Pendidikan dengan Kurikulum Merdeka
Jika tantangan tersebut bisa diatasi, Kurikulum Merdeka Belajar berpotensi menjadi pijakan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Dengan fokus pada fleksibilitas, penguatan karakter, dan relevansi terhadap kebutuhan zaman, kurikulum ini diharapkan mampu mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang kuat.
Prospek ke depan, kebijakan ini dapat membawa pendidikan Indonesia lebih dekat dengan standar global. Hal yang terpenting adalah keberlanjutan implementasi dan konsistensi dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, guru, orang tua, hingga masyarakat.
Kurikulum Merdeka Belajar hadir sebagai jawaban atas tantangan pendidikan di era modern. Perbedaannya dengan kurikulum lama terletak pada fleksibilitas, penekanan pada karakter, serta metode penilaian yang lebih menyeluruh.
Meski penerapannya menghadapi tantangan, terutama dari sisi kesiapan guru dan infrastruktur, arah yang dituju jelas: membentuk generasi yang lebih adaptif, kreatif, dan siap menghadapi dunia nyata.
Sumber Gambar: Canva
Penulis: Irma Alifiatul Desi Wulandari (rma)


