Kesalahan Umum Memilih Jurusan SNBT yang Sering Tidak Disadari
Kesalahan ini
sering kali tampak sepele, tetapi berdampak besar terhadap peluang kelulusan.
Ada yang salah menafsirkan nilai UTBK, salah memahami passing grade, atau
sekadar ikut-ikutan teman tanpa melakukan analisis diri. Akibatnya, jurusan
yang dipilih tidak sesuai dengan kemampuan maupun minat pribadi.
Artikel ini
membahas secara mendalam berbagai kesalahan umum dalam memilih jurusan SNBT
beserta cara menghindarinya. Dengan memahami hal-hal berikut, calon peserta
diharapkan bisa menentukan pilihan jurusan secara lebih strategis dan
realistis.
1. Mengabaikan Analisis Nilai UTBK
Salah satu
kesalahan paling mendasar adalah tidak memahami posisi nilai UTBK sendiri.
Banyak peserta hanya melihat total skor, tanpa meninjau komposisi atau
distribusi nilainya. Padahal, analisis nilai UTBK adalah langkah penting untuk
memprediksi kekuatan dan kelemahan akademik.
Sebagai contoh,
seseorang mungkin memiliki total nilai cukup tinggi, tetapi skor pada komponen
Matematika atau Literasi Sains jauh di bawah rata-rata. Jika ia memilih jurusan
yang menuntut kemampuan analisis tinggi, misalnya Teknik atau Fisika, peluangnya
untuk bersaing menjadi lebih kecil.
Kesalahan ini
sering terjadi karena peserta terlalu fokus pada “angka besar” dan mengabaikan
konteks di balik nilai tersebut. Padahal, universitas menilai calon mahasiswa
secara proporsional berdasarkan kebutuhan jurusan. Jurusan yang menekankan
analisis kuantitatif tentu akan lebih mempertimbangkan skor Matematika dan
Sains, bukan hanya total skor keseluruhan.
Cara
menghindarinya: lakukan analisis per komponen nilai UTBK. Identifikasi di mana
kekuatan dan kelemahanmu, lalu sesuaikan dengan jurusan yang menonjolkan bidang
tersebut. Misalnya, jika nilai Literasi Bahasa tinggi, pertimbangkan jurusan di
rumpun sosial-humaniora (Soshum) seperti Komunikasi, Hukum, atau Psikologi.
2. Terlalu Mengandalkan Passing Grade Tahun Sebelumnya
Kesalahan kedua
yang sering terjadi adalah menjadikan passing grade tahun sebelumnya sebagai
satu-satunya patokan. Passing grade sebenarnya bukan angka resmi yang
dikeluarkan oleh panitia SNBT. Angka tersebut merupakan hasil analisis tidak
resmi dari tren tahun-tahun sebelumnya yang bersifat fluktuatif.
Faktanya,
passing grade dapat berubah setiap tahun tergantung pada jumlah pendaftar, daya
tampung, dan tingkat kesulitan soal. Mengandalkan data lama tanpa
memperhitungkan variabel baru hanya akan menyesatkan perencanaan.
Contohnya,
jurusan yang dulunya memiliki passing grade rendah bisa naik drastis karena
lonjakan peminat. Sebaliknya, jurusan yang dulu favorit bisa menurun karena
banyak pesaing beralih ke jurusan lain. Peserta yang tidak memperbarui data
akan tertinggal secara strategis.
Cara
menghindarinya: gunakan data passing grade sebagai referensi tambahan, bukan
tolok ukur utama. Lengkapi dengan data jumlah pendaftar terbaru, kapasitas
jurusan, dan tren minat. Kombinasikan semua variabel itu agar keputusan lebih
rasional.
3. Memilih Jurusan Hanya Berdasarkan Popularitas
Banyak peserta
SNBT yang memilih jurusan karena faktor popularitas atau gengsi sosial. Jurusan
seperti Kedokteran, Hukum, dan Teknik Informatika sering dianggap bergengsi,
sehingga menarik banyak peminat. Namun, memilih jurusan hanya karena tren dapat
menjadi kesalahan besar.
Popularitas
tidak menjamin kecocokan dengan kemampuan dan kepribadian. Beberapa siswa yang
sebenarnya lebih berbakat di bidang seni, komunikasi, atau pendidikan justru
memaksakan diri masuk ke jurusan eksakta yang tidak sesuai. Akibatnya, mereka
kesulitan beradaptasi, merasa stres, dan kehilangan motivasi belajar.
Cara
menghindarinya: sebelum menentukan jurusan, lakukan introspeksi. Pahami minat,
bakat, dan gaya belajar pribadi. Tidak ada jurusan yang benar-benar “lebih
baik” dari yang lain; yang ada hanyalah jurusan yang paling sesuai dengan
potensi dan tujuan kariermu.
Gunakan
pendekatan fit and future: apakah jurusan itu sesuai dengan dirimu sekarang
(fit), dan apakah ia mendukung karier yang kamu impikan (future).
4. Tidak Menganalisis Daya Tampung dan Peminat
Dalam SNBT,
rasio antara daya tampung dan jumlah peminat sangat berpengaruh terhadap
peluang diterima. Banyak peserta gagal karena memilih jurusan yang memiliki
rasio persaingan terlalu tinggi, tanpa mempertimbangkan alternatif yang lebih
realistis.
Sebagai
ilustrasi, jika suatu jurusan hanya menerima 50 mahasiswa, tetapi peminatnya
mencapai 2000 orang, maka peluang diterima hanya sekitar 2,5%. Bandingkan
dengan jurusan lain yang memiliki rasio 10–15%. Banyak peserta yang mengabaikan
fakta sederhana ini dan tetap memaksakan pilihan karena alasan prestise.
Cara
menghindarinya: analisis rasio daya tampung dan peminat dari data resmi SNPMB.
Buat daftar prioritas berdasarkan peluang. Pilih satu jurusan dengan kompetisi
ketat, satu dengan tingkat persaingan sedang, dan satu lagi dengan peluang
tinggi. Strategi berlapis ini akan meningkatkan peluang diterima tanpa
mengorbankan aspirasi utama.
5. Menyepelekan Faktor Lokasi dan Lingkungan Kampus
Faktor
non-akademik seperti lokasi kampus, biaya hidup, dan lingkungan belajar sering
kali diabaikan. Padahal, aspek-aspek tersebut sangat memengaruhi keberhasilan
studi jangka panjang. Beberapa peserta memilih universitas hanya karena
statusnya ternama, tanpa memikirkan apakah mereka siap hidup di kota besar
dengan biaya tinggi.
Selain itu,
suasana kampus yang tidak sesuai dengan karakter pribadi dapat menurunkan
motivasi belajar. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan tenang
mungkin tidak nyaman berada di kota dengan ritme cepat seperti Jakarta atau
Surabaya.
Cara
menghindarinya: lakukan riset menyeluruh tentang lokasi universitas.
Pertimbangkan aspek ekonomi, jarak dari rumah, dan iklim sosial budaya
setempat. Jangan sampai prestasi akademik terhambat hanya karena
ketidaknyamanan lingkungan.
6. Tidak Memahami Kurikulum dan Cakupan Jurusan
Kesalahan lain
yang sering muncul adalah memilih jurusan tanpa memahami isi kurikulumnya.
Banyak calon mahasiswa hanya menilai dari nama jurusan, padahal setiap program
studi memiliki fokus dan pendekatan yang berbeda.
Contohnya,
jurusan Ilmu Komunikasi di satu universitas bisa lebih menekankan teori media,
sementara di universitas lain lebih fokus pada public relations atau
jurnalistik. Kesalahan memahami perbedaan ini dapat membuat mahasiswa merasa
salah jurusan di kemudian hari.
Cara
menghindarinya: baca deskripsi kurikulum resmi di situs universitas yang kamu
incar. Pelajari mata kuliah wajib dan pilihan, serta profil lulusan yang
diharapkan. Dengan begitu, kamu akan memiliki gambaran nyata tentang apa yang
akan dipelajari dan arah karier setelah lulus.
7. Mengabaikan Potensi Karier dan Relevansi Masa Depan
Tren dunia
kerja terus berubah. Jurusan yang populer hari ini belum tentu memiliki prospek
menjanjikan lima atau sepuluh tahun ke depan. Sayangnya, banyak peserta SNBT
memilih jurusan tanpa memikirkan relevansi jangka panjang terhadap kebutuhan
industri.
Sebagai contoh,
otomatisasi dan kecerdasan buatan mulai menggeser pekerjaan administratif.
Jurusan yang terlalu sempit dan tidak adaptif terhadap perubahan teknologi bisa
kehilangan relevansinya. Di sisi lain, jurusan interdisipliner seperti Data
Science, Ekonomi Digital, dan Sustainable Development justru meningkat
kebutuhannya.
Cara
menghindarinya: perhatikan tren industri dan kebutuhan tenaga kerja nasional.
Buka laporan riset dari lembaga resmi seperti BPS atau World Economic Forum.
Pilih jurusan yang tidak hanya sesuai dengan minat, tetapi juga memiliki
potensi karier berkelanjutan.
8. Tidak Memiliki Alternatif Jurusan Cadangan
Kesalahan
terakhir yang sangat umum adalah hanya menyiapkan satu jurusan tanpa
alternatif. Dalam sistem SNBT, peluang diterima tidak bisa dipastikan.
Menempatkan seluruh harapan pada satu pilihan adalah strategi yang berisiko
tinggi.
Banyak peserta
yang merasa “terpukul” ketika tidak lolos, karena tidak menyiapkan rencana B.
Padahal, universitas lain atau jurusan serupa bisa memberikan peluang yang sama
baiknya. Kegagalan sering kali bukan karena ketidakmampuan, melainkan kurangnya
perencanaan.
Cara
menghindarinya: buat peta alternatif jurusan dan kampus. Pertimbangkan jurusan
dengan bidang serupa tetapi daya saing lebih rendah. Misalnya, jika target
utama adalah Teknik Industri di universitas A, maka alternatifnya bisa Teknik
Manufaktur di universitas B. Fleksibilitas ini menunjukkan kesiapan mental dan
strategi yang matang.
Kesalahan dalam
memilih jurusan SNBT bukan hanya masalah teknis, tetapi juga mencerminkan cara
berpikir strategis calon mahasiswa. Analisis nilai UTBK, pemahaman terhadap
data, dan kejelasan tujuan pribadi adalah fondasi utama agar keputusan yang
diambil tidak bersifat impulsif.
Hindari sikap
ikut-ikutan, jangan bergantung pada informasi tidak resmi, dan pastikan pilihan
didasari oleh pemahaman yang objektif. Ingat bahwa jurusan bukan sekadar label,
tetapi pintu menuju masa depan akademik dan profesional.
Dengan menghindari delapan kesalahan umum di atas, kamu dapat menyusun strategi yang lebih rasional dan realistis dalam menghadapi SNBT. Keputusan yang matang tidak hanya meningkatkan peluang diterima di perguruan tinggi, tetapi juga memastikan perjalanan kuliah yang lebih bermakna dan produktif.
Published by: ALSYA ALIFIAH CINTA (AAC)
.png)

