Beasiswa S2 Tanpa TOEFL, Solusi Buat yang Ingin Lanjut Kuliah tapi Belum Mahir Inggris

Beasiswa S2 Tanpa TOEFL, Solusi Buat yang Ingin Lanjut Kuliah tapi Belum Mahir Inggris
Sumber : Canva

Bagi banyak calon mahasiswa S2, syarat TOEFL sering terasa seperti tembok tinggi yang sulit dilewati. Bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena tidak semua orang punya akses mudah untuk mengikuti tes ini. Biaya yang cukup tinggi, waktu tunggu yang panjang, serta tekanan psikologis menghadapi tes bahasa Inggris formal membuat banyak orang mundur sebelum mencoba.

Padahal, tidak semua program pascasarjana atau beasiswa mewajibkan TOEFL. Banyak lembaga kini memahami bahwa kemampuan akademik seseorang tidak semata-mata diukur dari skor bahasa. Beberapa universitas dan pemberi beasiswa bahkan menawarkan opsi pengganti atau waiver untuk sertifikat bahasa. Tujuannya sederhana : memberi kesempatan lebih luas bagi mahasiswa yang sebenarnya layak tapi belum sempat menyiapkan dokumen bahasa Inggris resmi.

 

Alasan Beasiswa Terkadang Mewajibkan TOEFL

Syarat TOEFL pada dasarnya bukan untuk mempersulit. Banyak lembaga beasiswa menggunakan tes ini sebagai alat ukur kemampuan akademik berbahasa Inggris. Mereka ingin memastikan bahwa penerima beasiswa mampu mengikuti perkuliahan yang mayoritas disampaikan dalam bahasa Inggris, terutama jika program tersebut berlangsung di luar negeri.

Selain itu, TOEFL juga sering dijadikan filter administratif. Dengan adanya skor minimum, lembaga dapat menyeleksi pelamar secara objektif. Namun, kenyataannya tidak semua beasiswa kaku dalam hal ini. Beberapa program memberikan kebijakan fleksibel berupa waiver atau bukti alternatif kemampuan bahasa. Selama pelamar dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu berkomunikasi dan belajar dengan baik dalam bahasa Inggris, sertifikat resmi bukan satu-satunya jalan.

Baca Juga: Tips Mendapatkan Beasiswa Kuliah Gratis dari Dalam dan Luar Negeri

Beasiswa S2 Dalam Negeri yang Tidak Mensyaratkan TOEFL

Tidak semua peluang studi lanjut di Indonesia mengharuskan TOEFL. Beberapa program justru memberi kemudahan agar lebih banyak mahasiswa bisa melanjutkan pendidikan tanpa kendala administratif.

1. Beasiswa Daerah Afirmasi LPDP

Program ini ditujukan bagi putra-putri daerah tertinggal atau wilayah khusus. Berdasarkan informasi resmi LPDP, penerima beasiswa afirmasi dalam negeri tidak selalu diwajibkan memiliki sertifikat TOEFL. Fokus utama mereka adalah peningkatan kualitas SDM daerah, bukan kemampuan bahasa formal.

2. Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI)

Melalui Kemendikbudristek, BPI memberikan dukungan untuk studi S2 dan S3. Untuk program dalam negeri, syarat TOEFL umumnya tidak mutlak. Tes bahasa hanya diwajibkan jika kampus tujuan berada di luar negeri.

3. Bantuan Penyelesaian Pendidikan Kemenag

Program ini menyasar mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi, khususnya di perguruan tinggi keagamaan. Kemenag lebih menitikberatkan pada penyelesaian riset dan studi ketimbang sertifikat bahasa, sehingga TOEFL bukan syarat utama.

4. PMDSU (Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul)

Melalui program ini, lulusan S1 berprestasi bisa langsung melanjutkan ke jenjang S3 tanpa harus menempuh program S2 terpisah. Dalam beberapa skema, terutama untuk perguruan tinggi dalam negeri, tidak ada syarat TOEFL yang ketat. Fokus utamanya adalah kemampuan riset dan prestasi akademik.

5. Beasiswa dari Universitas atau Institusi Swasta

Beberapa universitas seperti Binus, Telkom University, dan kampus swasta lainnya sering kali memberikan beasiswa internal tanpa syarat TOEFL, terutama bagi mahasiswa dengan IPK tinggi atau prestasi akademik menonjol. Mereka memahami bahwa bahasa bisa dipelajari sambil berjalan, bukan penghalang di awal.

Beasiswa Luar Negeri yang Tidak Selalu Wajib TOEFL
Sumber : Canva

Beasiswa Luar Negeri yang Tidak Selalu Wajib TOEFL

Banyak yang mengira studi ke luar negeri otomatis butuh TOEFL, padahal tidak selalu demikian. Beberapa program internasional memberi alternatif lain bagi pelamar.

1. Chevening Scholarship (Inggris)

Chevening, salah satu beasiswa paling bergengsi dari pemerintah Inggris, sebenarnya tidak mewajibkan pelamar melampirkan TOEFL saat mendaftar. Berdasarkan informasi dari situs resmi Chevening, pelamar cukup menunjukkan bukti kemampuan bahasa ketika sudah diterima di universitas tujuan. Bahkan, jika sebelumnya sudah kuliah dalam bahasa Inggris, sertifikat TOEFL bisa diganti dengan surat keterangan dari universitas asal.

2. China Government Scholarship (CGS)

Program beasiswa dari pemerintah Tiongkok ini menawarkan fleksibilitas tinggi. Banyak universitas di China tidak meminta TOEFL jika mahasiswa memilih program berbahasa Mandarin. Untuk program internasional, beberapa kampus menerima surat MOI (Medium of Instruction) sebagai bukti bahwa pelamar sudah terbiasa belajar dalam bahasa Inggris.

3. DAAD (Jerman)

Beasiswa dari pemerintah Jerman ini memiliki banyak varian program S2. Berdasarkan situs DAAD, pelamar yang sudah memiliki latar belakang pendidikan dengan pengantar bahasa Inggris bisa mengajukan surat MOI sebagai pengganti TOEFL. Beberapa universitas juga memiliki tes bahasa internal sebelum perkuliahan dimulai.

4. Erasmus Mundus (Uni Eropa)

Erasmus merupakan beasiswa gabungan dari beberapa universitas di Eropa. Meskipun kebanyakan program berbahasa Inggris, mereka sering kali menerima alternatif seperti sertifikat Duolingo, Cambridge English, atau bukti perkuliahan sebelumnya dalam bahasa Inggris.

5. Turkiye Burslari Scholarship (Turki)

Beasiswa ini terkenal fleksibel dan terbuka untuk banyak negara. Berdasarkan pengalaman penerima tahun-tahun sebelumnya, pelamar tidak selalu diminta TOEFL atau IELTS. Seleksi lebih menitikberatkan pada prestasi akademik dan motivasi belajar. Jika diterima, peserta bisa mengikuti kursus bahasa Turki selama satu tahun sebelum memulai program utama.

Baca Juga: Beasiswa Berbasis Ekstrakurikuler – Peluang Emas yang Sering Terlupakan

Strategi dan Bukti Pengganti TOEFL

Kalau kamu belum punya sertifikat TOEFL, bukan berarti peluangmu tertutup. Ada banyak cara untuk menunjukkan kemampuan bahasa Inggris dengan bukti yang valid dan diakui.

1. Surat Medium of Instruction (MOI)

Surat resmi dari universitas asal yang menyatakan bahwa seluruh proses perkuliahan menggunakan bahasa Inggris. Dokumen ini diakui oleh banyak lembaga, termasuk DAAD, Erasmus, dan beberapa universitas di Asia.

2. Transkrip dan Kurikulum Berbahasa Inggris

Jika seluruh mata kuliah tercantum dalam bahasa Inggris, transkripmu bisa dijadikan bukti pendukung. Beberapa kampus luar negeri memverifikasi hal ini langsung ke universitas asal.

3. Tes Internal atau Wawancara Bahasa Inggris

Beberapa beasiswa memiliki tes internal untuk menilai kemampuan bahasa tanpa perlu TOEFL. Misalnya, Turkiye Burslari dan CGS sering mengadakan wawancara bahasa Inggris sebagai pengganti.

4. Sertifikat Alternatif

Duolingo English Test, Cambridge English, atau TOEIC kini mulai banyak diterima. Tes-tes ini lebih mudah diakses dan biayanya lebih terjangkau dibanding TOEFL atau IELTS.

5. Kursus Bahasa di Universitas Tujuan

Beberapa universitas menyediakan program pre-sessional English course. Mahasiswa bisa mengikuti kelas bahasa sebelum memulai perkuliahan utama. Program seperti ini umum di Inggris, Belanda, dan Jerman.

Tips Agar Peluang Lolos Beasiswa Tanpa TOEFL Lebih Besar
Sumber : Canva

Tips Agar Peluang Lolos Beasiswa Tanpa TOEFL Lebih Besar

Siapkan Dokumen Alternatif dengan Lengkap

Pastikan semua bukti kemampuan bahasa dikumpulkan rapi — surat MOI, transkrip, atau rekomendasi dosen yang menyatakan kemampuan komunikasimu dalam bahasa Inggris.

Perkuat Sisi Akademik dan Riset

Jika kemampuan bahasa belum maksimal, tonjolkan keunggulan lain seperti IPK tinggi, publikasi ilmiah, atau pengalaman organisasi. Ini bisa jadi nilai plus besar di mata selektor.

Kirim Aplikasi Lebih Awal

Banyak beasiswa yang menerima dokumen tambahan setelah pendaftaran awal. Dengan mendaftar lebih cepat, kamu punya waktu untuk melengkapi syarat tambahan bila dibutuhkan.

Manfaatkan Jaringan Alumni dan Pihak Universitas

Jangan ragu untuk menghubungi alumni atau bagian internasional universitas tujuan. Banyak dari mereka bersedia membantu menjelaskan apakah sertifikat TOEFL wajib atau bisa diganti dokumen lain.

Gunakan Tes Alternatif jika Bisa

Meskipun beasiswa tidak mewajibkan TOEFL, memiliki skor dari tes alternatif seperti Duolingo atau Cambridge tetap memberi nilai tambah.

Jaga Konsistensi Dokumen

Pastikan semua berkas menunjukkan informasi yang selaras. Jangan sampai ada bagian kosong, terutama di kolom kemampuan bahasa. Konsistensi menunjukkan keseriusan pelamar.

Baca Juga: Beasiswa untuk Siswa Berprestasi - Jenis dan Cara Mendapatkannya

Contoh Nyata

Beberapa penerima LPDP Afirmasi melanjutkan studi di universitas ternama dalam negeri tanpa perlu menunjukkan sertifikat TOEFL. Mereka cukup menyerahkan surat pernyataan dari kampus asal dan mengikuti tes internal kampus tujuan.

Di luar negeri, beberapa mahasiswa Indonesia yang diterima melalui China Government Scholarship juga melanjutkan kuliah hanya dengan surat MOI. Universitas seperti Zhejiang University dan Xiamen University dikenal fleksibel dalam hal ini.

Begitu pula dengan pelamar DAAD asal Indonesia yang diterima di Technical University of Munich menggunakan bukti perkuliahan berbahasa Inggris di S1. Semua proses berjalan lancar tanpa hambatan administratif terkait sertifikat TOEFL.

Sevenstar Indonesia

TOEFL bukan satu-satunya jalan untuk meraih beasiswa S2. Banyak program kini lebih memahami realita calon mahasiswa yang memiliki potensi besar namun belum sempat mengikuti tes bahasa resmi. Kuncinya adalah menyiapkan dokumen alternatif dengan rapi, memperkuat sisi akademik, dan proaktif mencari informasi langsung dari sumber terpercaya.

Jangan biarkan syarat bahasa membuatmu ragu melangkah. Kesempatan selalu terbuka bagi yang siap berusaha dan mau mencari solusi. Mulailah dengan mengecek syarat tiap beasiswa dari sekarang, karena persiapan yang matang hari ini bisa jadi langkah awal menuju masa depan akademik yang lebih baik.

Penulis : Safira Novanda Hafizham (uva)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *